Perlu Dorong Investasi Asing ke Manufaktur
JAKARTA – Sejumlah kalangan mengemukakan untuk menarik lebih banyak investasi asing langsung atau Foreign Direct Investment (FDI) dan memenangi persaingan dengan negara Asean lain, pemerintah perlu memberikan insentif dan fasilitas lebih baik dari yang ditawarkan negara tetangga itu.
Untuk saat ini, fasilitas dan insentif sebaiknya diutamakan pada investasi di sektor manufaktur karena memiliki dampak pengganda atau multiplier effect yang besar, sehingga bisa menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Selain itu, pemerintah juga harus mengambil langkah taktis dan strategis guna mengantisipasi potensi penurunan pertumbuhan ekonomi ke depan seperti yang diproyeksikan Bank Dunia. Salah satu upaya yang mendesak dilakukan yaitu memperkuat basis-basis produksi dan mengejar perbaikan pada industri prioritas yang berorientasi ekspor ke pasar dan negara dengan konsumen terbesar, salah satunya ke Amerika Serikat (AS).
Pengamat ekonomi dari Universitas Airlangga, Leo Herlambang, mengemukakan untuk merangsang FDI, pemerintah perlu memberikan insentif lebih kepada investor asing agar Indonesia tetap menarik untuk dijadikan tujuan investasi. Di samping itu, pemerintah daerah juga harus didorong untuk menciptakan iklim yang ramah investasi, karena tanpa peran serta daerah, tetap sulit untuk mengharapkan investor mancanegara masuk.
“Segala aturan yang dapat mendorong FDI masuk perlu dikerahkan, apakah itu tax holiday atau kemudahan lainnya. Namun, fasilitas ini sebaiknya difokuskan terutama untuk FDI di sektor industri manufaktur yang serapan tenaga kerjanya relatif lebih besar, sehingga multiplier effect-nya akan terasa,” papar dia, ketika dihubungi, Kamis (12/9).
Menurut Herlambang, kepala daerah juga harus berlomba-lomba mendatangkan FDI, antara lain dengan cara memberikan kemudahan dan menekan segala ekonomi biaya tinggi, terutama pajak siluman yang banyak dikeluhkan oleh pengusaha.
“Kalau tidak demikian percuma saja, karena negara-negara lain telah jauh melangkah di depan kita dalam menarik investor,” tukas dia.
Terkait industri prioritas, peneliti Indef dari Center for Investment, Trade and Industry, Andry Satrio Nugroho, memaparkan industri yang perlu dikebut seiring dengan makin sempitnya waktu dari ancaman resesi global adalah komoditas atau produk unggulan Indonesia yang tidak terkena tarif di Section 301 dalam Trade Act 1974 di AS.
“Jadi secara sederhana, melihat produk Tiongkok di AS yang terkena tarif, dan produk Indonesia yang masih diberikan pembebasan tarif GSP (Generalized System of Preferences),” ujar dia.
Menurut dia, setidaknya ada tiga industri yang perlu diperkuat dalam jangka pendek untuk menghadapi tantangan resesi ini, yaitu industri karet, furnitur, dan elektronik. Untuk karet, misalnya, Indonesia menjadi pemain keenam terbesar dengan menguasai pasar produk karet setara dengan 1,9 miliar dollar AS. Sedangkan Tiongkok sudah dikenakan tarif Section 301 atas produk karet. Dan sebaliknya, 42 persen produk karet Indonesia dikenakan pembebasan tarif GSP.
Paling Rumit
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menilai kenaikan peringkat indeks kemudahan berbisnis atau Ease of Doing Business (EoDB), dan penyederhanaan perizinan melalui Online Single Submission (OSS) belum cukup mendorong kenaikan investasi
“Faktanya itu belum cukup, tidak cukup. Saya kira kita harus bisa lebih cepat lagi. Karena negara-negara pesaing kita, kompetitor-kompetitor kita berlomba-lomba berbenah dengan tawaran yang lebih menarik investasi,” kata Presiden, Rabu (11/9).
Jokowi kembali menceritakan 33 perusahaan asal Tiongkok yang melakukan relokasi, namun tidak ada satu pun yang ke Indonesia. Menurut dia, ini menjadi sebuah catatan besar untuk pemerintah.
Sementara itu, pemerintah berjanji merevisi 72 undang-undang yang dianggap tidak selaras dengan upaya menumbuhkan investasi di Indonesia. Revisi UU yang di antaranya dibuat sejak zaman penjajahan Belanda itu ditargetkan tuntas bulan ini. Pembenahan persoalan perizinan terutama investasi ini, diakui pemerintah paling rumit di Asean. YK/SB/bud/ers/WP
Sumber : https://www.koran-jakarta.com/perlu-dorong-investasi-asing-ke-manufaktur