PT PJU, Dari Rugi Menjadi Untung
INDUSTRI minyak dan gas bumi kerap dipandang sebagai bisnis dengan modal besar dan penuh risiko. Karena itu, tak banyak badan usaha milik daerah (BUMD) yang serius menggarap lini bisnis ini.
Padahal, Presiden Joko Widodo telah berkomitmen untuk memberikan hak partisipasi sebesar l0 persen pada daerah sesuai dengan katentuan perundangan apabila ada kontrak bagi hasil (production sharing contract/PSC) minyak dan gas bumi yang telah habis masanya.
Dengan demikian, BUMD diharapkan tak hanya siap dari sisi modal, tetapi juga mampu mengelola lini bisnis migas untuk memberikan sumbangsihnya bagi perekonomian di daerah.
Salah satu strategi yang bisa menjadi model bagi BUMD adalah PT Petrogas Jatim Utama (PJU) yang justru melakukan diversifikasi usaha untuk melakukan ekspansi agar perusahaan daerah semakin kuat di sektor energi, khususnya minyak dan gas bumi.
Direktur Utama PT PJU Leo Herlambang kepada Koran Bisnis Indonesia, mengungkapkan hak partisipasi dalam pengelolaan blok migas bagi daerah penghasil sebaiknya dilihat sebagai pijakan untuk BUMD bisa melakukan lompatan bisnis.
Awalnya Petrogas hanya mengandalkan hak partisipasi (participating interest/PI). Dari tujuh blok migas yang berada di wilayah Jawa Timur, BUMD tersebut saat ini baru memiliki saham di dua blok migas, yaitu blok Cepu dan Blok Madura Offshore, masing-masing 2,25% dan 5%,
Akan tetapi jika hanya mengandalkan PI, maka BUMD hanya menjadi pemain yang mencari aman dalam bisnis migas, menurutnya, BUMD juga perlu mengambil risiko agar memperoleh laba yang lebih baik.
“Saya tidak lagi membuat PI itu sebagai dasar. Untuk mencari revenue harus dari luar PI. PI tetap ada, di luar PI membuat kita maju. Alhmdulillah di bisnis hulu sudah, sekarang di lilir,” katanya.
Lini bisnis di sektor hilir migas sebelumnya sudah dibentuk sejak 2013 melalui pembentukan anak usaha PT Petrogas Jatim Hilir (PJH). Anak usaha ini memilih fokus di berbagai bidang hilir migas, termasuk gas kota dan pengangkutan gas.
Leo yang baru masuk sebagai Dirut pada akhir 2015, melepas bidang gas kota serta menonaktifkan bidang pengelolaan limbah karena dinilai memiliki risiko yang terlalu besar.
Untuk bidang pengangkutan gas, pihaknya telah memiliki izin sebagai trader gas untuk mengangkut gas basah dari lapangan Bukit Tua ke PT Pembangunan Jawa Bali (PJB) melalui pipa sepanjang 21 kilometer.
Namun demikian, keputusan tersebut bukan berarti kinerja di bidang hilir migas menurun. Selama kepemimpinannya, industri hilir yang dimiliki Petrogas justru menjadi semakin kuat. Pihaknya memproyeksikan, pada 2020 akan ada penurunan produksi gas dari lapangan itu sehingga perlu ada upaya untuk mencari sumber gas yang bakal dipasok ke PJB.
Oleh karena itu, akuisisi atas PT DABN yang memiliki fokus sebagai badan usaha pelabuhan, digunakan untuk menopang lini bisnis industri hilir migas perseroan. DABN mengoperasikan pelabuhan di Gresik dan Probolinggo.
Pihaknya menggandeng perusaahaan asal Australia yakni PT Australasia LNG Indonesia untuk membangun fasilitas penyimpanan dan regasifikasi di Pelabuhan Probolinggo dengan nilai investasi USD 468 juta.
Leo mengungkapkan, dengan beroperasinya fasilitas tersebut, maka infrastruktur pipa rencananya akan dihubungkan dengan jaringan pipa gas Jawa Timur yang terbentang tak jauh dari lokasi proyek. Dengan demikian, diharapkan pasokan gas untuk PJB bisa dipenuhi pada 2020.
Rencananya, selain untuk memasok sektor industri termasuk pembangkit listrik, ke depannya gas dari fasiltas ini juga akan dimanfaatkan untuk jaringan gas rumah tangga dan transportasi di Jawa Timur.
Akuisisi atas DABN juga bakal menjadi suntikan total pendapatan pada tahun ini yang ditargetkan bisa tembus lebih dari Rp l triliun. Pada tahun depan, diharapkan total pendapatan bisa lebih dan Rp 2 triliun
Leo memastikan kinerja perseroan sepanjang 2016 membukukan pendapatan lebih dari Rp 450 miliar. Kinerja tersebut bisa dibilang melesat, setelah pada 2015 perusahaan mengalami kerugian.
“Estimasi kami, keuntungan naik 253% dari RKAP [rencana kerja dan anggaran perusahaan]. Perusahaan dari rugi menjadi untung. Bisa menjadi prototipe BUMD migas.”
Menurutnya, pada 2015, sebanyak 96% hingga 98% pendapatan perusahaan masih ditopang dari lini bisnis hulu melalui PI khususnya dari Blok Cepu. Namun, pada tahun lalu, kinerja hilir migas justru melesat dengan porsi pendapatan sebesar 40%, sedangkan lini bisnis hulu menyumbang porsi 55% pendapatan.
Namun, pihaknya tetap tidak mengabaikan kinerja di lini bisnis hulu migas. Bahkan, pihaknya optimis menyambut kinerja hulu migas peresoan pada tahun ini dengan target produksi minyak dari Lapangan Banyu Urip di Blok Cepu sebesar 200.000 barel per hari dan membaiknya harga minyak dunia pada tahun ini yang diharapkan bisa stabil di level USD 54 per barel. (*)
sumber : https://www.petrogas.co.id/pt-pju-dari-rugi-menjadi-untung/